Private
Library of Simamora, Helmut Todo Tua
Environment,
Research and Development Agency
Samosir
Regency Government of North Sumatera Province
Berikut
merupakan kutipan ilmiah yang disusun dan digunakan Penulis sebagai referensi
pribadi di dalam mendukung kegiatan kerja di kantor.
BELAJAR TENTANG MENGENAL,
MENGETAHUI DAMPAK DAN PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL
Dasar Peraturan tentang Pengertian Hotel
Pengertian
hotel sesuai dengan Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86,
tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel yaitu “hotel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan
jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum
yang dikelola secara komersial”. Pengertian hotel menurut Surat Keputusan ini
hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana menurut Surat
Keputusan ini penginapan atau losmen tidak termasuk dalam pengertian hotel.
Sedangkan hotel juga menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari
seperti makanan, pencucian/laundry dan lain-lain bagi para pengunjungnya,
sehingga dalam aktivitasnya hotel juga menghasilkan berbagai limbah cair dan
sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk.
Definisi Limbah cair Perhotelan
Limbah cair perhotelan adalah limbah dalam
bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Karena aktivitas yang ada di hotel
relatif sama seperti layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga
relatif sama seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di
hotel.
Kewajiban di dalam memberikan informasi Pengelolaan kualitas air dan Pengendalian pencemaran air
Setiap
orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi
yang benar dan akurat mengenai pelaksanaan kewajiban pengelolan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air. Dalam rangka pengendalian pencemaran air
sebagaimana diwajibkan diatas, maka setiap orang wajib mengambil
langkah-langkah pencegahan pencemaran air yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Pengurangan Pencemaran dari Sumbernya
Langkah
yang sangat efektif dalam pencegahan pencemaran air adalah pencegahan dari sumber-sumber
timbulan limbah. Penerapan peraturan dan penetapan tata guna lahan yang tepat
serta pencegahan terjadinya erosi merupakan langkah kongkret dalam penurunan tingkat pencemaran air permukaan akibat
limpahan bahan padat dari daratan sepanjang sisi sungai
atau sumber air permukaaan lainnya. Sedangkan
di bidang industri kita mengenal teknologi produksi bersih yakni penerapan teknik
dan manajemen yang menekan timbulnya limbah cair dengan cara penggunaan dan penggantian
material bahan produksi ke bahan yang memungkinkan produksi limbah sekecil
mungkin, mengubah proses inti produksi maupun proses pendukung menjadi proses yang
menggunakan teknologi atau cara yang mampu memperkecil timbulnya limbah, dan apabila
limbah terlanjur dihasilkan maka langkah yang diambil adalah menggunakannya kembali
(reuse), mendaur ulang limbah tersebut menjadi bahan material untuk kegiatan lain
(recycle). Langkah pengurangan limbah dari sumbernya akan memberikan dampak yang
sangat signifikan terhadap timbulan/produksi air limbah.
Jika
pengurangan air limbah dari sumbernya sudah dilakukan secara optimal, maka air limbah
yang terpaksa tetap dihasilkan selanjutnya harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan. Tujuan pengolahan air limbah ini adalah untuk mengurangi
kandungan pencemar air sehingga mencapai tingkat konsentrasi dan bentuk yang
lebih sederhana dan aman jika terpaksa dibuang ke badan air di lingkungan.
Proses pengurangan kandungan
zat pencemar ini dapat dilakukan melalui tahapan penguraian sebagaimana dijelaskan
berikut ini:
Tanpa
bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang mengandung pencemar, alam sendiri
memiliki kemampuan untuk memulihkan kondisinya sendiri atau yang disebut “self purification”.
Alam memiliki kandungan zat yang mampu mendegradasi pencemar dalam air
limbah menjadi bahan yang lebih aman dan mampu diterima alam itu sendiri, diantaranya
adalah mikroorganisme. Waktu yang diperlukan akan sangat tergantung dari tingkat
pencemarannya yang otomatis berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk. Jika
kepadatan penduduk meningkat maka pencemaran pun akan sangat mungkin meningkat sehingga
proses alam untuk membersihkan dirinya sendiri akan memakan waktu yang sangat
lama. Sehingga akhirnya akan terjadi penumpukan beban limbah sampai dimana kemampuan
alam untuk dapat melakukan pembersihan sendiri (self purification) jauh
lebih rendah dibanding dengan jumlah pencemar yang harus didegradasi.
b.
Sistem Pengolahan Air Limbah
Jika
kapasitas alam sudah tidak sebanding dengan beban pencemar, maka satu-satunya langkah
yang harus ditempuh adalah dengan cara mengolah air limbah tersebut dengan rangkaian
proses dan operasi yang mampu menurunkan dan mendegradasi kandungan pencemar
sehingga air limbah tersebut aman jika dibuang ke lingkungan. Untuk air limbah yang
berasal dari aktivitas domestik dimana kandungan zat organic merupakan zat yang paling
dominan terkandung didalamnya, pengolahan yang dapat dilakukan dapat berupa teknologi
yang sederhana dan murah seperti cubluk kembar sampai pada pengolahan air limbah
komunal menggunakan teknologi pengolahan yang mutakhir.
Metode
Menurut
Matsunaga T et al, (2007) metode Multi Soil layering (MSL) adalah metode
pengolahan yang memanfaatkan kemampuan tanah dalam mengolah limbah cair. Metode
ini dikenal murah dari segi biaya, tetapi membutuhkan lahan yang luas jika
dibandingkan dengan sistem pengolahan mesin atau teknis. MSL juga dikenal
sederhana, mudah dari segi pengoperasian dan pengontrolan, serta bersifat ramah
lingkungan, karenamenggunakan bahan-bahan alam dan mudah didapatkan,
diantaranya yaitu tanah humus dari daerah pegunungan (andisol), serbuk gergaji,
arang kelapa, dan lain-lain sebagai lapisan anaerob, serta kerikil atau batuan
lainnya sebagai lapisan aerob.
Karakteristik Fisik Limbah cair Hotel
Air
limbah memiliki karakteristik fisik (bau, warna, padatan, suhu, kekeruhan),
karakteristik kimia
(organik, anorganik dan gas) dan karakteristik biologis (mikroorganisme).
Karakteristik air
limbah beserta dampak masing-masing terhadap lingkungan dan kesehatan manusia
seperti dijelaskan berikut ini.
Kekeruhan
dapat disebabkan oleh hadirnya bahan-bahan organic dan anorganik, misalnya,
lumpur. Dari segi estetika, kekeruhan dirasakan sangat mengganggu. Selain itu
kekeruhan juga merupakan indikator adanya kemungkinan pencemaran.
Sebagaimana
halnya kekeruhan, warna yang hadir dalam air dengan intensitas yang melebihi
batas, tidak bias diterima karena alasan estetika. Warna dapat juga merupakan indikator
pencemaran limbah industri. Hal ini dapat pula dikaitkan dengan kesehatan manusia.
Penyebab
bau dan rasa dapat berupa mikroorganisme seperti algae, oleh adanya gas seperti
H2S dsb. Dari segi estetika, air yang memiliki rasa dan bau dipandang mengganggu.
Suhu
berpengaruh pada pemakaiannya, misalnya, air yang mempunyai suhu 0oC
tidak mungkin dapat diterima, begitu pula untuk suhu air yang terlalu tinggi.
Kadar residu yang tinggi dapat menyebabkan rasa tidak enak dan mengganggu
pencernaan manusia.
Dalam
pemakaian air minum, pH dibatasi dikarenakan mempengaruhi rasa, korosifitas, dan
efisiensi khlorinasi.
Kesadahan
berpengaruh pada pemakaian sabun, ketel pemanas air, ketel uap, pipa air panas
dalam sistem plambing dan sebagainya. Mg dapat bersifat toksik, memberikan efek
demam metal, iritasi pada kulit akan susah sembuh, dan lainnya.
Kehadiran
Fe dan Mn dalam air dapat menimbulkan berbagai gangguan, misalnya, rasa dan bau
logam, merangsang pertumbuhan bakteri besi, noda-noda pada pakaian, efek racun
pada tubuh manusia seperti susunan syaraf pusat; koordinasi gerak otot; kerusakan
sel hati; fibriosis; iritasi usus; kerusakan sel usus.
Nitrogen
dalam air hadir dalam berbagai bentuk sesaui dengan tingkat oksidasinya diantaranya
Nitrogen netral, amoniak, nitrit dan nitrat. Efek terhadap kesehatan anatara lain:
iritasi kulit, oedema paru-paru, kejang, pernapasan, mengancam keseimbangan asam
basa dalam darah, stimulasi susunan syaraf pusat, kerusakan saluran pencernaan,
dsb. Terhadap lingkungan kelebihan nitrogen dapat menyebabkan eutrofikasi.
Bahan
anorganik dalam air dapat berupa Ag, AL. As, Ba, Br, Cd, Cl, Cr, Cu, F, Hg, H2S,
PO4, Pb, Se, Zn, dan lain-lain.
Dalam
sistem MSL kondisi aerob dan anaerob merupakan faktor utama yang mempengaruhi
penyisihan parameter pencemar. MSL terdiri dari campuran lapisan tanah yang
mempunyai daya serap tinggi dan disusun dengan pola batu bata (Matsunaga T et
al, 2007). Wakatsuki et al(1993) menambahkan bahwa metode MSL adalah
metode yang memanfaatkan kemampuan tanah dalam mengolah limbah cair.
Sumber Limbah cair Hotel
Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara
lain:
Limbah dari kamar mandi dan toilet
Limbah dari kegiatan di dapur/restaurant
Limbah dari kegiatan pencucian/loundry
Limbah dari
fasilitas kolam renang
Karakteristik Limbah cair Hotel
Karakteristik limbah cair dari perhotelan
relatif sama seperti limbah cair domestik dari pemukiman, karena
aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada
di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang dihasilkan dari
perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada
dan tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan
yang ada di hotel tersebut.
Sifat-sifat Limbah Perhotelan
Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Senyawa fisik:
Berwarna
Mengandung padatan
2. Senyawa kimia
Kimia organik:
Mengandung karbohidrat
Mengandung minyak dan lemak
Mengandung protein
Mengandung unsur surfactan antara lain
detergen dan sabun
Kimia inorganik:
Mengandung alkalinity
Mengandung Khloride
Mengandung Nitrogen
Mengandung Phospor
Mengandung Sulfur
3. Senyawa biologi :
Mengandung protista dan virus
Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah
sebagai berikut:
Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200
– 300 mg/lt.
Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 –250 mg/l.
Parameter Air
Buangan Kegiatan Perhotelan
1. Biochemical
Oxygen Demand, BOD (BOD5)
BOD5 berarti
analisis Biochemical Oxygen Demand yang diinkubasi selama 5 hari. BOD
merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri
aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat
organik dalam keadaan aerob. Menurut Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika
derajat pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran
penting untuk menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri,
atau air yang telah tercemar. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu
perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm.
Kristanto (2002)
menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah:
Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan
organik atau bahan-bahan tereduksi lainnya, yang disebut juga Intermediate
Oxygen Demand.
Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari.
Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukkan
nilai total BOD, melainkan ± 68 % dari total BOD.
Uji BOD
tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya
germisida seperti klorin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti.
2. Chemical
Oxygen Demand (COD)
Untuk mengetahui
jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat
daripada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi Kimia dari suatu bahan oksidan. Uji
tersebut disebut uji COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
oksidan, misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen
yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap
reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai
contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji BOD karena sukar dioksidasi
melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. Bahkan yang
tidak dapat didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara
kimiawi melalui proses oksidasi.
Kelebihan uji COD disbanding uji BOD adalah analisa
COD hanya memakan waktu ± 3 jam, sedangkan analisis BOD5 memerlukan 5 hari.
Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran
sampel sedang pada umumnya analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran.
Ketelitian dan ketepatan (reproducibility) uji COD adalah 2 sampai 3
kali lebih tinggi dari uji BOD. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap
mikroorganisme pada uji BOD, tidak menjadi soal pada uji COD.
Tetapi uji COD mempunyai kekurangan yaitu uji COD
hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang
menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga
merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka uji COD tidak
dapat membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert)
dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Selain itu uji COD juga dapat
menghasilkan racun dari reaksi oksidasi kimianya dan juga dapat mengurangi
oksigen terlarut dalam air.
3. Total Suspended Solids (TSS)
Total Suspended Solids atau total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan
tersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan
diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta
jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang
terbawa ke dalam badan air. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik
dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama
terjadinya TSS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di
perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen
dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga. Penentuan
zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air
limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan
air.
Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk
mengetahui ke kuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk
penentuan efisiensi unit pengolahan air. Tetapi jika nilai TSS semakin tinggi
maka dapat mempengaruhi turbiditas (kekeruhan) pada perairan, selain itu juga
dapat mempengaruhi kehidupan akuatik karena jika turbiditas terus bertambah
maka oksigen dan cahaya matahari terhalang masuk kedalam perairan sehingga
mengganggu proses fotosintesis bagi kehidupan akuatik.
4. Minyak dan Lemak
Minyak dan Lemak merupakan komponen utama bahan
makanan yang juga dapat didapat di dalam air limbah. Kandungan zat lemak dapat
ditentukan dan disajikan melalui contoh air limbah dengan heksana. Selain
heksana sebagai pelarut juga dapat dapat dipergunakan keroksin, pelumas. Lemak
dan minyak membentuk ester dan alcohol atau geliserol dengan asam gemuk.
Geliserid dari asam gemuk ini berupa cairan pada keadaan biasa dikenal sebagai
minyak dan apabila dalam bentuk padat dan kental dikenal sebagai lemak. Lemak
tergolong pada benda organik yang tetap dan tidak mudah untuk diuraikan oleh
bakteri. Bahan-bahan asam dapat menghancurkannya untuk menghasilkan geliserin
dan asam gemuk. Pada keadaan basa seperti sodium hidroksida, geliserin
dibebaskan dan garam basa dari asam gemuk akan terbentuk. Adapun garam basa ini
dikenal sebagai sabun, seperti halnya dengan lemak merupakan zat yang stabil.
Biasanya sabun dibuat melalui proses saponifikasi dari
lemak dengan sodium hidroksid. Mereka ini larut didalam air apabila berada pada
situasi basa, maka garam sodium berubah menjadi garam kalsium dan magnesium
serta asam gemuk yang merupakan bahan sabun yang tidak larut dalam air. Minyak
dan Lemak dapat sampai kesaluran air limbah berasal dari kegiatan di
dapur/restaurant hotel. Sebagian besar Minyak atau Lemak mengapung di permukaan
air limbah, akan tetapi ada juga yang mengendap terbawa oleh lumpur. Dalam
mengelola air limbah, Minyak dan Lemak dapat membawa dampak buruk yang dapat
menimbulkan permasalahan pada dua hal yaitu pada saluran air limbah dan pada
bagunan pengolahan. Apabila lemak tidak dihilangkan sebelum dibuang kesaluran
air limbah dapat mempengaruhi kehidupan yang ada dipermukaan air dan
menimbulkan lapisan tipis dipermukaan sehingga membentuk selaput. Selaput
tersebut dapat dapat mempengaruhi kehidupan akuatik karena selaput yang
terbentuk dari Minyak dan Lemak tersebut dapat menghalangi masuknya oksigen dan
cahaya matahari kedalam perairan sehingga mengganggu proses fotosintesis bagi
kehidupan akuatik. Kadar lemak sebesar 15-20 miligram/liter merupakan batas
yang bisa ditolerer apabila lemak ini berada di dalam air limbah.
5. Derajat Keasaman (pH)
Konsentrasi ion hidrogen merupakan salah satu
parameter yang penting, baik bagi air alamiah maupun air limbah. Cara yang umum
dalam menyatakan kekuatan ion hidrogen adalah dengan menggunakan istilah pH.
Rentang pH yang sesuai bagi kelangsungan hidup sebagian besar kehidupan biologis
memiliki nilai yang relatif sempit dan kritis yaitu 6 hingga 9. Air limbah yang
memiliki konsentrasi ion hidrogen yang ekstrim akan sulit ditangani oleh proses
pengolahan biologis, dan jika konsentrasi ion hidrogen ini tidak diubah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan, maka air buangan ini dapat
mengubah konsentrasi ion hidrogen pada badan air di lingkungan. Air limbah yang
dibuang ke lingkungan agar dapat ditangani, rentang pH yang masih diijinkan
biasanya berkisar antara 6,5 hingga 8,5.
Nilai
pH dari suatu larutan biasanya diukur menggunakan pH meter. Selain itu dapat
juga digunakan berbagai jenis kertas pH dan larutan indikator yang dapat
berubah warna pada nilai pH tertentu. pH larutan ditentukan dengan
membandingkan warna dari kertas pH atau larutan dengan serangkaian warna baku.
Contoh Kasus Penggunaan Metode
Pengolahan
Metode
MSL ini telah diuji untuk pengolahan limbah cair domestik di beberapa negara,
seperti Jepang (Wakatsuki et al, 1993; Masunaga et al, 2007) dan Thailand
(Attananda et al, 2000).
Sementara
di Indonesia, metode MSL diteliti dan diuji untuk pengolahan limbah cair
industri kelapa sawit, crumb rubber (karet), tahu, dan keripik ubi kayu.
Hasil yang didapat secara keseluruhan cukup memuaskan (Salmariza, 2001;
Salmariza, 2002; Salmariza, 2003; Kasman, 2004).
Perbedaan
penelitian kali ini dengan yang pernah dilakukan di Jepang oleh Wakatsuki et
al, 1993; Masunaga et al, 2007 dan Thailand oleh Attananda et al, 2000 adalah dari
struktur lapisan aerob dan anaerob reaktor MSL-nya. Lapisan aerob (batuan)
reaktor MSL yang umumnya digunakan di Jepang dan Thailand adalah zeolit sedangkan
pada penelitian ini menggunakan Efisiensi Metode Multi Soil Layering (MSL)
dalam Penyisihan COD dari Limbah Cair Hotel kerikil. Untuk lapisan anaerob reaktor
MSL digunakan campuran tanah dengan arang, serta tanah dengan serbuk gergaji,
berbeda dengan reaktor-reaktor MSL yang digunakan
di Jepang dan Thailand dimana lapisan anaerobnya terdiri atas campuran tanah,
bijih besi, dan beberapa jenis material organik. Campuran material yang digunakan
pada lapisan anaerob ini sedikit berbeda pula dengan lapisan anaerob pada reaktor
MSL untuk pengolahan limbah cair industri di Indonesia yang menambahkan serbuk
gergaji sebagai material organik.
Limbah
cair yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah cair Hotel “X”. Hotel “X”
merupakan salah satu hotel berbintang yang ada di Kota Padang yang terletak di
kawasan jalan Juanda. Hotel “X” terdiri dari 6 lantai dengan luas bangunan ± 13.000
m2. Aktivitas perhotelan menghasilkan limbah cair, yang berasal dari kamar
mandi, dapur, dan laundry.
Kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa limbah yang berasal dari kamar mandi (kloset dan floor
drain) dialirkan ke bak kontrol lalu di salurkan ke septik tank, dan diresapkan
ke dalam bidang resapan. Limbah dapur sebelum di buang ke badan air penerima,
dialirkan ke bak penangkap minyak dan lemak terlebih dahulu, untuk memisahkan
minyak dan lemak dari limbah cair lainnya.
Pemeriksaan
terhadap COD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah konsentrasi zat organik
yang terkandung dalam air limbah. Nilai COD tinggi akan mengakibatkan miskinnya
kandungan oksigen di badan air sehingga mengganggu ekosistem perairan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan efisiensi penyisihan COD pada limbah
cair hotel,
serta
mempelajari pengaruh faktor variasi material organik dalam campuran tanah pada
lapisan anaerob dan variasi Hydraulic Loading Rate (HLR) terhadap
efisiensi pengolahan limbah cair hotel dengan metode MSL.
Limbah
cair yang digunakan adalah limbah cair efluen dapur setelah melewati bak penangkap
minyak dan lemak dan limbah cair laundry.
Limbah cair dialirkan secara kontinu ke dalam 2 reaktor MSL yang berbeda
lapisan anaerobnya dengan variasi HLR yakni 500, 750 dan 1.000 l/m2hari (Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND 9 (2) : 121-128 (Juli 2012).
Sumber
: Ragam literatur dari media net yang membahas tentang pengelolaan dan
pengolahan limbah hotel.