Apa dan seberapa bahayakah efedrin ini?
Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt. Pengelola Program Magister Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, membenarkan bahwa efedrine banyak dijual bebas di apotek-apotek. Ia menjelaskan, efedrin merupakan senyawa alkaloid yang dijumpai pada beberapa tanaman genus Ephedra. Di China, beberapa Traditional Chinese Medicine seperti ma huang mengandung efedrin dan pseudoefedrin.
Produksi efedrin di China yang berasal dari tanaman Ephedra Sinica cukup besar, mencapai senilai USD 13 juta, yang berasal dari 30.000 ton ephedra per tahunnya. Namun demikian, menurutnya, efedrin yang dipakai saat ini kebanyakan merupakan senyawa sintetik, karena isolasi dan ekstraksi efedrin dari Ephedra tidak lagi cost-effective (biaya mahal), dan juga ada concern terhadap ketersediaan tanaman Ephedra jika dieksplorasi terus menerus.
Bagaimana struktur kimia efedrin? Secara kimia, menurut Zullies, efedrin menunjukkan isomerisme optikal dan memiliki dua pusat kiral, sehingga menghasilkan empat stereoisomer. Pasangan enantiomer dengan stereokimia (1R, 2S dan 1S,2R) adalah efedrin, sedangkan yang berstereokimia (1R,2R dan 1S, 2S) adalah pseudoefedrin. Iso-mer yang dipasarkan sebagai efedrin adalah (–)-(1R,2S)-ephedrine.
Yang menarik, dengan perbedaan stereokimia ini, efek dari efedrin dan pseudoefedrin berbeda, di mana efedrin memiliki efek yang lebih poten, termasuk juga efek samping yang lebih besar daripada pseudoefedrin. “Efedrin dan pseudoefedrin keduanya masih banyak dijumpai dalam komponen obat selesma/obat flu yang ada di pasaran,” ungkapnya.
Dari struktur kimianya, efedrin merupakan suatu senyawa amina yang memilik struktur kimia mirip dengan turunan metamfetamin dan amfetamin. Dapat dikatakan, efedrin adalah suatu amfetamin yang tersubstitusi dan merupakan analog struktural metamfetamin. Perbedaannya dengan metamfetamin hanyalah adanya struktur hidroksil (OH).
“Anda tahu amfetamin? Amfetamin adalah sejenis stimulan sistem syaraf. Turunannya yaitu metilen dioksi metamfetamin (MDMA) yang sangat ngetop sebagai ecstasy, dan metamfetamin HCl atau shabu-shabu merupakan obat yang sering disalahgunakan untuk nge-fly,” ujarnya.
Secara ilmiah, menurut Zullies, efedrin memiliki dua mekanisme aksi utama. Pertama, efedrin mengaktifkan a-reseptor dan b-reseptor pasca-sinaptik terhadap noradrenalin secara tidak selektif. Kedua, efedrin juga dapat meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin dari ujung saraf.
Dengan mekanisme tersebut, efedrin biasanya digunakan untuk beberapa indikasi. Efedrin dapat digunakan untuk obat asma, sebagai bronkodilator (pelega saluran nafas) karena bisa mengaktifkan reseptor beta adrenergik yang ada di saluran nafas.
Menurut Zullies, pengobatan asma tradisional atau zaman dulu masih banyak menggunakan efedrin dalam racikannya. Namun obat ini mulai banyak ditinggalkan karena efek sampingnya yang cukup besar. Sifatnya yang tidak selektif di mana dapat mengaktifkan reseptor alfa adrenergik pada pembuluh darah perifer dapat menyebabkan penciutan pembuluh darah, yang bisa berakibat naiknya tekanan darah.
Lalu mengapa efedrin sering disalahgunakan? Zullies memastikan, hal ini terkait dengan mekanisme kedua, yaitu meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin. Dopamin diketahui merupakan neurotransmitter yang terlibat dalam “system reward” di otak yang menyebabkan rasa senang dan ingin mengulang berkali-kali, sehingga menjadi efek ketagihan. Sedangkan serotonin juga termasuk neurotransmiter yang terlibat dalam “mood’ seseorang dan bisa membantu meningkatkan suasana hati.
Dengan strukturnya yang mirip amfetamin dan metamfetamin, mudah diduga efedrin memiliki efek yang mirip juga sebagai stimulan walaupun berbeda kekuatannya. “Efedrin banyak digunakan untuk pesta napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) karena ia lebih murah dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek,” ujarnya seperti yang ia tulis dalam blog pribadinya.
Seperti halnya amfetamin, kata Zullies, efedrin juga bisa digunakan sebagai “doping” bagi atlet atau mereka yang memerlukan kerja fisik yang berat dan butuh kewaspadaan. Jika dipakai terus menerus, efedrin bisa menyebabkan efek ketergantungan. Tidak ada bedanya dengan obat-obat terlarang lainnya.
Obat Pelangsing
Ternyata efedrin sering juga digunakan sebagai obat pelangsing. “Anda bisa dengan mudah mendapatkan iklan efedrin di internet sebagai obat pelangsing atau untuk body builder. Hal ini karena efedrin juga memiliki efek termogenik,” ujar Zullies.
Beberapa efek yang mendukung efedrin sebagai pelangsing adalah bahwa senyawa ini bisa meningkatkan kecepatan yang terkait dengan lipolisis (pemecahan lemak). Kedua, efedrin merupakan penekan nafsu makan, sehingga ideal untuk seseorang yang sedang diet. Ketiga, efek stimulan sarafnya menyebabkan orang merasa memiliki lebih banyak energi, sehingga walaupun asupan kalori kurang mau-pun banyak olahraga, mereka tidak merasa lelah. “Perlu diingat, bahwa hal ini bisa meningkatkan risiko efek samping, terutama peningkatan tekanan darah,” tambahnya.
Karena terlalu banyak efek samping, itulah obat ini sudah tidak terlalu banyak digunakan lagi. Kecuali oleh dokter-dokter yang masih mendasarkan peresepannya pada pengeta¬huannya di masa lalu. Menurut Zullies, beberapa kemungkinan efek samping yang tak kalah membahayakan antara lain: timbulnya kecemasan, gemetar, pusing, sakit kepala ringan, gastrointestinal distress (misalnya kram perut), insomnia, denyut jantung tidak teratur, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, stroke, kejang, psikosis, lekas marah dan agresi.
“Maka itu, efedrin tidak boleh digunakan oleh siapa saja dengan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit jantung dari setiap jenis, penyakit kardiovaskular stroke atau lainnya, depresi, kecemasan, bipolar, asidosis metabolik, diabetes mellitus atau jika salah satu efek samping tercantum di atas terjadi secara berulang,” jelas profesor ini.
Penjelasan Zullies di atas tentu tak bisa diabaikan begitu saja. Dengan keilmuan apoteker yang sudah mencapai pada level profesor tentu tak main-main dalam mengkaji sebuah persoalan obat. Masalahnya sekarang, tinggal ada atau tidaknya kemauan aparat keamanan terkait (dalam hal ini BNN) untuk mengawasi dan menindak setiap pelanggaran yang terjadi. Ingat, sudah ribuan pemuda kita jadi korban napza.
Efedrin adalah alkaloid yang ditemukan pada tanaman Ma Huang yang berasal dari Cina dan dan telah digunakan selama 5000 tahun, telah tercatat pada ”Pentsao Kang Mu” yang ditukis oleh Shih-Cheng li pada tahun 1596 M. Telah digunakan sebagai stimulan sirkulasi, diaforetik, antipiretik, sedatif untuk pengobatan batuk.
Tanaman yang serupa dengan Ma Huang, mempunyai genus ephedra juga ditemukan di Yunani, yaitu E. fragius var.graeca digunakan sebagai astringen, dimcampurkan bersama anggur untuk diuresis dan pengobatan disentri.
Tanaman efedra yang ditemukan di Rusia telah digunakan sejak awal abd 19, yaitu E. vulgaris. Infus tamanan ini dicampurkan dengan susu dan butter untuk pengobatan rematik (dilaporkan oleh Bectin tahun 1891), syphilis dan penyakit saluran napas.
Di Amerika beberpa tanaman efedra telah digunakan oleh suku Indian untuk berbagai tujuan. E. antisyphitica, E. caufornica, dan E. nevadensis digunakan untuk pengobatan syphilis dan gonorrhoea.
Pada tahun 1885 pertama kali tanaman ma huang diisolasi oleh G.Yamanashi dan menemukan bahan-bahan berupa kristal yang murni, selanjutnya dilakukan isolasi oleh Nagai dan Y.Hori dan telah menemukan alkaloid yang murni (pada tahun 1887), alkaloid tersebut kemudian diberi nama efedrin oleh Nagai. Senyawa yang sama juga ditemukan oleh E. Merck pada tahun 1888.
Pada tahun 1917 peneliti asal Jepang, Amatsu dan Kubota menemukan efek simpatomimetik dari efedrin yang digunakan untuk pengobatan asma. Hasil ini didukung oleh Hirose dan To yang memberikan kesimpulan sama. Publikasi ini menarik perhatian publik amerika dan Eropa untuk menggunakan efedrin sebagai antiasma. Pada tahun 1923 telah digunakan dalam bentuk tablet oleh negara-negara barat. (*)
Sumber : Media online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar