Dasar hukum:
1. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
1999.
2. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri
Sipil.
3. Keputusan
Bersama 3 Menteri mengenai Cuti Bersama.
4. Surat Edaran
Nomor SE – 3559 /MK.1/2009
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan
dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan pemberian cuti adalah dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran
jasmani dan rohani.
Jenis-jenis cuti:
A.
Cuti Tahunan
1.
Hak Cuti Tahunan
a.
Merupakan hak PNS, termasuk CPNS yang telah bekerja
secara terus menerus selama 1 (satu) tahun.
b.
CPNS hanya berhak atas cuti tahunan, kecuali ditentukan
lain oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti berdasarkan pertimbangan
kemanusiaan.
c.
Selama menjalankan cuti tahunan, PNS/CPNS yang
bersangkutan memperoleh TKPKN.
2.
Penggunaan Cuti Tahunan
a.
Penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti
bersama, dengan jumlah paling sedikit menjadi 3 (tiga) hari kerja.
b.
Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan
dinas dan berdasarkan surat tugas, tetap menjadi hak cuti tahunan PNS.
3.
Penangguhan Cuti Tahunan yang Tersisa
a.
Cuti tahunan yang tersisa 6 (enam) hari kerja atau
kurang tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan.
b.
Cuti tahunan yang tersisa lebih dari 6 (enam) hari
kerja harus dimintakan penangguhan oleh PNS/CPNS kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti, agar penangguhan dimaksud dapat dilaksanakan tahun berikutnya.
c.
Pejabat yang berwenang memberikan cuti dapat
menangguhkan cuti tahunan paling lambat akhir bulan Desember tahun yang
berjalan.
4.
Penggunaan Cuti Tahunan yang Tersisa
a.
Cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan
penggunaannya dengan cuti tahunan tahun yang sedang berjalan, dapat diambil
untuk paling lama:
o
18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan
yang sedang berjalan; dan
o
24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan
yang sedang berjalan, apabila cuti tahunan tidak diambil secara penuh dalam
beberapa tahun.
b.
Pengajuan permohonan cuti tahunan yang tersisa yang
digabungkan penggunaannya dengan cuti tahunan yang sedang berjalan harus
mencantumkan jumlah cuti tahunan yang tersisa dari cuti tahunan pada
masing-masing tahun yang bersangkutan.
c.
Tanpa adanya persetujuan penangguhan dari pejabat yang
berwenang memberikan cuti, lamanya cuti tahunan yang dapat diambil dalam tahun
yang sedang berjalan menjadi paling lama 18 (delapan belas) hari kerja.
B.
Cuti Besar
1.
Hak Cuti Besar
a.
Merupakan hak PNS yang telah bekerja paling kurang 6
(enam) tahun secara terus menerus.
b.
PNS yang akan/telah menjalani cuti besar tidak berhak
lagi atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
c.
Selama menjalankan cuti besar, PNS yang bersangkutan
tidak berhak atas tunjangan jabatan dan tidak memperoleh TKPKN.
2.
Penggunaan Cuti Besar
a.
PNS perlu merencanakan penggunaan cuti besar sejak
awal tahun.
b.
Cuti besar dapat digunakan oleh PNS untuk
o
Memenuhi kewajiban agama;
o
Persalinan anaknya yang keempat apabila PNS yang
bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan; atau
o
Keperluan lainnya sesuai pertimbangan pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
3.
PNS yang telah melaksanakan cuti tahunan dan akan
mengambil cuti besar pada tahun yang bersangkutan harus mengembalikan TKPKN
yang diterimanya selama melaksanakan cuti tahunan.
4.
PNS yang akan/telah menggunakan cuti besar berhak
atas:
a.
cuti bersama;
b.
cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan
cuti besar;
c.
cuti sakit;
d.
cuti bersalin untuk persalinan anaknya yang pertama,
kedua, dan ketiga;
e.
cuti karena alasan penting.
C.
Cuti Sakit
1.
Hak Cuti Sakit merupakan hak PNS dan/atau PNS/CPNS
wanita yang mengalami gugur kandungan.
2.
Penggunaan Cuti Sakit
a.
PNS yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari harus
melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah/puskesmas.
b.
PNS yang telah menggunakan cuti sakit untuk jangka
waktu paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan telah aktif bekerja
kembali, berhak atas:
a. cuti
bersama;
b. cuti tahunan
pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada tahun
sebelum digunakan cuti sakit;
c. cuti besar;
d. cuti
bersalin;
e. cuti karena
alasan penting.
Cuti Bersalin
0. Hak Cuti
Bersalin
.
Merupakan hak PNS/CPNS wanita untuk persalinan anaknya
yang pertama, kedua, dan ketiga.
a. Cuti
bersalin yang digunakan oleh CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama
akan mengurangi hak cuti persalinan setelah yang bersangkutan menjadi PNS.
1. Penggunaan
Cuti Bersalin dan Cuti Lain untuk Bersalin
.
PNS yang telah menggunakan cuti bersalin, berhak atas:
o
cuti bersama;
o
cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti
tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti bersalin;
o
cuti besar;
o
cuti sakit;
o
cuti karena alasan penting.
a. PNS wanita
dapat diberikan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat, apabila yang
bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan.
b. PNS wanita
yang akan/telah menggunakan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat
tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
c. PNS wanita
yang akan/telah menggunakan cuti besar tersebut berhak atas:
o
cuti bersama;
o
cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan
cuti besar;
o
cuti sakit;
o
cuti karena alasan penting.
d. PNS wanita
dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan anaknya yang kelima
dan seterusnya.
e. PNS wanita
yang telah menggunakan cuti di luar tanggungan negara tersebut, berhak atas:
o
cuti bersama;
o
cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti
tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti di luar tanggungan negara;
o
cuti besar setelah bekerja kembali paling kurang 6
(enam) tahun secara terus-menerus;
o
cuti sakit;
o
cuti karena alasan penting.
Cuti Karena Alasan Penting
0. Hak Cuti
Karena Alasan Penting
.
Merupakan hak PNS.
a. Selama
menjalankan cuti karena alasan penting, PNS yang bersangkutan tidak memperoleh
TKPKN.
1. Penggunaan
Cuti Karena Alasan Penting
.
Selain karena alasan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur cuti PNS, PNS juga berhak atas cuti karena
alasan penting karena terjadinya kondisi force major, misalnya banjir, tanah
longsor, kebakaran, dan gempa bumi.
a. PNS yang
telah menggunakan cuti karena alasan penting, berhak atas:
o
cuti bersama;
o
cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti
tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti karena alasan penting;
o
cuti besar;
o
cuti sakit;
o
cuti bersalin.
Hak Cuti bagi PNS yang Sedang Tugas
Belajar
0. PNS yang
sedang tugas belajar, berhak atas:
.
cuti bersama;
a. cuti
bersalin;
b. cuti besar
untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai hak
cuti besar menjelang persalinan;
1. PNS yang
sedang tugas belajar di dalam negeri atau di luar negeri yang akan menggunakan
cuti bersalin dan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat (apabila
yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan) harus
mengajukan permohonan cuti kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti
melalui Pimpinan Perguruan Tinggi atau Kepala Perwakilan Republik Indonesia di
negara yang bersangkutan.
Hak Cuti bagi PNS yang Telah Selesai
Tugas Belajar
0. PNS yang
telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Departemen
Keuangan berhak atas:
.
cuti bersama;
a. cuti besar
untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai hak
cuti besar menjelang persalinan;
b. cuti sakit;
c. cuti
bersalin;
d. cuti karena
alasan penting.
1. PNS yang
telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Departemen
Keuangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan, berhak atas:
.
cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan;
a. cuti besar.
Pengajuan Permohonan Hak Cuti
0. Permohonan
cuti yang akan dijalankan di dalam negeri dan sudah mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang memberikan cuti, harus disampaikan kepada pejabat yang
berwenang menetapkan surat izin cuti paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum
tanggal pelaksanaan cuti, kecuali permohonan:
.
cuti sakit;
a. cuti karena
alasan penting.
1. Cuti yang
akan dijalankan di luar negeri harus mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.
2. Permohonan
cuti yang akan dijalankan di luar negeri dan izin ke luar negeri, harus
disampaikan kepada Sekretariat Jenderal cq. Biro Sumber Daya Manusia paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal pelaksanaan cuti, kecuali
permohonan:
.
cuti sakit;
a. cuti karena
alasan penting.
Cuti di Luar Tanggungan Negara
0. PNS yang
telah bekerja paling kurang 5 (lima) tahun secara terus-menerus dapat diberikan
cuti di luar tanggungan negara karena alasan-alasan pribadi yang penting dan
mendesak.
1. Cuti di luar
tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting
untuk memperpanjangnya.
2. Alasan-alasan
pribadi yang penting dan mendesak tersebut dapat dipertimbangkan oleh atasan
langsung PNS yang bersangkutan apabila disertai dengan bukti-bukti yang
mendukung.
3. PNS yang
bekerja kembali di lingkungan Departemen Keuangan setelah melaksanakan cuti di
luar tanggungan negara tidak berhak atas cuti tahunan yang tersisa dan berhak
atas:
.
cuti bersama;
a. cuti tahunan
pada tahun yang sedang berjalan setelah bekerja kembali paling kurang 3 (tiga)
bulan;
b. cuti besar,
yaitu setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun secara
terus-menerus;
c. cuti sakit;
d. cuti
bersalin;
e. cuti karena
alasan penting.