Selasa, 06 Agustus 2013

MARI SELAMATKAN POPULASI Anggrek hartinah (Cymbidium hartinahianum) KHAS KABUPATEN SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA



Anggrek hartinah (Cymbidium hartinahianum) pertama kali ditemukan oleh Rusdi E Nasution, peneliti dari Herbarium LBN/LIPI Bogor pada tahun 1976. Sayangnya, anggrek yang sempat menjadi kebanggaan warga Sumatera Utara itu tidak mampu dipertahankan, mengingat habitatnya di alam telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian. 


Kondisi tersebut tentu sangat disayangkan. Apalagi anggrek hartinah tergolong tanaman langka dan hanya bisa hidup di tempat aslinya. Anggrek hartinah ini hanya bisa ditemukan di Desa Baniara Tele, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara. Walaupun biji anggrek ini sudah berhasil dibawa ke Kebun Raya dan disemaikan di laboratorium, namun tidak mudah mengadaptasi anggrek yang terbiasa hidup di lingkungan spesifik ini. Sebelum sempat dipelajari habitatnya secara detail, lokasi tumbuh anggrek tersebut sudah tergusur. “Jika demikian, program reintroduksi (pengembalian ke habitat aslinya) pun menjadi tidak mungkin dilakukan,” ungkap Dra. Sofi Mursidawati, M.Sc, peneliti anggrek di Kebun Raya Bogor. Melihat permasalahan tersebut, tim peneliti pun berupaya keras mengambil langkah-langkah penyelamatan dengan cara mengadakan budi daya di luar habitat aslinya (konservasi ex situ). Namun sayang belum membuahkan hasil. 
“Anggrek itu tanaman spesifik. Kalau tanaman lain mungkin bisa hidup di mana saja, tetapi anggrek itu spesifik dan memerlukan patner. Karena itu, ketika diujicobakan di Kebun Raya Cibodas, tanaman tersebut tidak bisa survive,” (Dra. Sofi Mursidawati, M.Sc) (1).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar